![]() |
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Banten Nana Suryana. |
SERANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten terus berperan aktif tidak hanya dalam penanganan bencana, tapi juga melakukan pemetaan daerah-daerah yang rawan bencana sebagai langkah antisipasi. Dimana pemetaan yang dilakukan sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Banten Nana Suryana mengatakan, berdasarkan data BPBD Provinsi Banten, sebanyak 1.079 di Banten rawan banjir dan sebanyak 402 rawan longsor. Data tersebut tersebar di Kabupaten Kota di Banten.
Untuk itu, lanjut Nana, pihaknya menghimbau warga untuk mewaspadai bencana terutama di musim hujan. Hal ini perlu diantisipasi agar meminimalisir potensi banjir dan longsor.
"Transisi dari kemarau dan hujan. Ada potensi banjir, kalau longsoran di kabupaten/kota yang terjadi," kata Nana, Selasa (27/2/2024).
Untuk mengantisipasi bencana alam tersebut, BPBD mengaku akan berkoordinasi dengan kabupaten/kota dengan stakeholder di setiap kabupaten kota, TNI Polri serta para relawan.
BPBD sudah menyiagakan alat dan personel dan posko BPBD di Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Kota Tangerang dan Kabupaten Serang.
Nana mengatakan, posko tersebut untuk mempercepat penyebaran informasi dan memudahkan penanganan kepada masyarakat jika terjadi bencana.
"Dengan adanya posko ini akan mempercepat penyebaran informasi dan penyaluran bantuan ketika terjadi bencana," terang Nana.
Dari data yang dimiliki BPBD, lanjut Nana kemungkinan ada lokasi bencana baru, berdasarkan hasil prediksi tahun sebelumnya. Sehingga hal itulah yang perlu diantisipasi oleh semua pihak termasuk masyarakat.
"Dan tidak menutup kemungkinan dari data yang kita rilis tahun sebelumnya. Ada lokasi baru, karena prediksinya sudah ada,"ungkapnya.
Nana menyebut, faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir dan longsor adalah alih fungsi lahan. Serta penambangan liar. Di faktor alih fungsi lahan, ada beberapa daerah resapan air yang menjadi perumahan.
"Alih fungsi lahan dari perkebunan jadi pemukiman, sementara sistem drainasenya belum tertata baik," katanya.
Di faktor penambangan liar, lanjut Nana, paling parah di Kabupaten Lebak. Bahkan, pada tahun 2020 terjadi banjir bandang dan longsor di daerah tersebut.
"Karena penambangan liar yang akan berpengaruh terhadap keseimbangan hutan dan lahan," jelasnya.
Berdasarkan prediksi BMKG, potensi hujan akan terus terjadi hingga Maret 2024. Sehingga BPBD meminta warga waspada terhadap lokasi yang berpotensi banjir dan longsor yang dapat mengancam korban jiwa.
"Maka perlu di waspadai dari sekarang sampai beberapa bulan ke depan, tapi tetap tidak boleh panik, tetap menjalankan aktivitas seperti biasa,"tandasnya. (ADV)